Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, Badan ini terasa tersambar petir dan jantung berhenti melihat kejadian nyata yang berada di depan mataku sendiri, beberapa detik aku hanya bisa mematung tak berkutik melihat kejadian yang tak lazim dilakukan oleh anak-anak ingusan yang seharusnya masih memegang boneka dan mobil-mobilan. Kejadian ini berlangsung sekitar satu tahun yang lalu 2016 jam 11 malam saat itu malam ke dua setelah Lebaran Idul Fitri banyak tetangga kami yang pulang kampung untuk mudik daerah perumahan kami terbilang wilayah padat penduduk, jam segitu sebenarnya aku sudah tertidur pulas tapi terbangun dengan mama yang menggedor-gedor pintu kamarku “des itu diluar ada anak-anak begituan” aku tidak tau maksud mama apa tapi aku langsung turun ke lantai bawah dan astaga yang aku lihat dari batas kewajaran, seorang anak laki-laki yang usianya sekitar 9tahun dan anak perempuanya 4 tahun sedang melakukan hubungan layaknya suami istri. Posisi anak perempuan dibawah mereka sudah setengan menurunkan celana, karna ak baru melihat lewat jendela wajah anak lelakinya tidak terlihat jelas tapi wajah perempuanya sangat amat jelas, karna shock aku agak kesulitan membuka pintu rumah langsung aku kejar mereka tapi tidak terkejar karna kaki ini masih lemas dengan apa yang kulihat.

Ke esokan harinya aku yang jarang sekali ke luar rumah, sengaja keluar karna penasaran anak siapa itu. Setelah 4 hari kejadian ak melihat anak perempuan itu, iseng bertanya nama dan rumahnya dimana ternyata rumahnya sekitar 1km dari rumahku dan dia anak ke5 dari 6 bersaudara. Anak 4tahun jam 11 malam berkeliaran sejauh itu tanpa orang tuanya, alangkah tidak habis pikir aku apa ibunya tidak khawatir dengan putri kecilnya.
Aku coba untuk berbicara dengan ibu anak itu yang memang ak kenal walau hanya sesekali bertegus sapa, ak ceritakan semua kejadian malam itu tapi apa yang aku dapat, caci makin dari orang tua korban mereka tidak percaya dengan apa yang aku utarakan. Ya Allah kenapa kamu sebagai ibu tidak menanyakan baik-baik ke anakmu malah memukuli anak itu karna keluar malam dan bukan bertanya apa yang dia lakukan malam itu, dan kamu sebagai ibu mana tanggung jawab mu membiarkan balita mu keluar rumah pada malam hari. Semua tetangga melihat ke arahku, aku hanya bisa menahan amarahku karna kecerobohan orang tua anak itu, dengan muka kecewa aku pulang kerumah saat melihat kedua putraku aku menangis dan memeluk mereka jangan sampai kejadian itu menimpa anak-anakku.

Alat vitalmu hanya kamu, Ayah dan Ibu yang boleh menyentuh.
Untuk teman-teman semua yang memiliki anak kecil (usia sekolah Baik laki-laki atau perempuan) mari dari sekarang kita berikan penjelasan ajarkan ke mereka sejak dini bahwa bagian-bagian tubuh tertentu hanya boleh dilihat atau dipegang oleh Ayah dan Ibu saja, bahkan Kakek, nenek, paman, bibi uwak dll Tidak Boleh Menyentuhnya.
Bagian laki-laki harus menjaga penis dan duburnya, sedangkan untuk anak perempuan Vagina, dubur, dada dan perut(abdomen) bagaian tubuh tersebut harus dijaga, dan tidak boleh dilihat dan di pegang oleh orang lain, jika memang lingkungan kita sudah terbilang tidak baik seperti kejadian di rumah ku kita bisa memberikan benda terhadap anak kita seperti periwitan yang dikalungkan dileher. Gunanya priwitan tersebut pada saat ada orang yang memaksa mereka membuka baju atau memperlihatkan bagain-bagian tubuh yang harus dijaga itu anak kita bisa tiup sekencang-kencangnya berulang kali sampai orang tersebut pergi (untuk tindakan pencegahan).

Cara Mengatasi Korban Pelecehan pada anak :
Sementara untuk mengatasi peristiwa yang sudah terjadi pada si anak, dekati anak kita buat mereka nyaman di dekat kita ajak si anak untuk bercerita tentang hal yang dia alami. Dalam kasus mengorek informasi ini harus diperlukan kesabaran dan pendekatan terhadap anak, jangan biarkan anak memendam semua peristiwa sendiri karna bila anak tidak ada tempat berbagi untuk menceritakan mereka akan menjadi anak yang susah untuk berbagi terita (menjadi tertutup) lebih buruknya anak anak timbul pemikiran tiadak merasa diperhatikan atau di sayang oleh keluarganya.
Kita sebagai orang tua jangan pernah menyalahkan anak kita (korban) dan jangan ikut terpuruk dengan masa ini berlarut-larut, jika kita bingung harus berbuat apa dan berbicara bagai mana kita bisa menggunakan jaga psikolog, biasanya ada di rumah sakit yang khusus menangani hal tersebut, bisa juga browsing mencari lembaga psikologi independen di luaran.
Bagai mana pun si anak harus tau bahwa :
- Hal yang dia alami itu adalah perbuatan yang tidak baik
- bukan salah si anak dia mengalami hal itu ( pelecehan seksual)
- Beri pengertian orang tua tidak marah, orang tua malah menyayangi dia, dan akan berusaha agah hal tersebut tidak terjadi lagi
- Peristiwa tersebut harus dihadapi bersama-sama, dari korban atau orang tua tidak menutuh kasus begitu saja seperti tidak terjadi apa-apa (seperti kasus yang diatas) ceritakan kejadian itu ke orang tua jika perlu ke polisi
- jangan pernah takut atau malu karna itu bukan salah dia (tidak ada yang ingin terjadi hal buruk kepada anak-anak kita)
Jadilah sahabat untuk si anak tanyakan perasaan dia saat kejadian itu berlangsung, intinya orang tua harus mendukung dan mendengarkan curahan isi hari si anak, supaya anak kita tidak trauma dan memiliki dendam dan niat untuk melakukan hal yang sama seperti yang dia alami pada orang lain. Intinya kita sebagai orang tua harus bisa memantau anak kita seperti mata elang yang terus mengawasi tapi tidak membuat anak kita terkekang.

Aduuh..ngeri banget yaah..
Astaghfirullah. Orang tua juga perlu diberi penyuluhan menangani anak seperti ini. Jangan asal main tangan aja yang makin membuat si anak takut.
pastinya dari pola asuh ada dampak dan akibatnya